ENGKAU ADALAH CITA-CITA

0
526

Mengenang Syaikh Muhammad Mursi, presiden sah ke-5 Mesir yang syahid di penjara penguasa zalim, 17 Juni 2019.

Oleh : Satria Hadi Lubis

Wahai syaikh…
Engkau adalah cita-cita kami. Kami yang merindukan kebenaran. Engkau yang membuktikannya. Hingga maut menjemput, tak mau engkau menyerah untuk menukar kebajikan dengan kebajingan.

Walau engkau disakiti sampai titik nadir seperti keluhmu, “Mereka melarang mushaf masuk ke selku. Namun mereka lupa, bahwa aku telah menghafalnya lebih dari 30 tahun. Yang aku inginkan hanyalah menyentuhnya, tidak lebih” Tapi engkau tetap meradang gagah dengan pedang kebenaran di depan anjing-anjing penguasa zalim

Hidupmu adalah jihad fi sabilillah. Nafasmu adalah asma Allah dan takbir. Bacaanmu adalah al Qur’an yang berulang. Pikiranmu adalah kepedulian terhadap umat. Meski engkau tak mati di medan perang tapi engkau –insya Allah– mati syahid di medan “perang” pengadilan lalim, sebagaimana Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang memohon mati syahid dengan jujur kepada Allah, niscaya Allah akan menyampaikan dia pada kedudukan para syuhada’, meskipun dia mati di atas ranjangnya.” (HR. Muslim). “Wa amitha ala syahadati fi sabilika (Dan matikanlah aku dalam syahid di jalan-Mu),” begitu selalu doamu

Wahai syaikh…Meski engkau telah tiada, tapi ruhmu berjalan ke seluruh dunia
menetap kuat di dada-dada pemuda muslim yang siap melanjutkan tegasmu. “Hanya Allah yang aku takuti! Tiada hidup kecuali harus mulia atau mati karenanya!!” Akan ada seribu, dua ribu, seratus ribu, sejuta, dan berjuta-juta mursi yang akan meneruskan perjuanganmu, sebagaimana janji Allah, “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya” (QS. Al-Baqarah: 154).

Sebab hukum alam (Allah) sudah ditulis : Setiap syahid satu mujahid akan lahir berjuta mujahid lainnya, walau orang-orang munafiq, kafir, dan musyrikin membencinya. “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk Dia memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya” (Qs. Ash-Shaf, Ayat 9).

Saat ini kami lebih layak menangisi diri kami dibandingkan dirimu. Wahai Syaikh di saat engkau telah tersenyum bahagia menemui Robbmu memenuhi janji istiqomahmu. Kami disini masih gelisah seperti apa keadaan kematian kami. Akankah sebahagia dirimu? Mati dalam keadaan menjunjung tinggi kalimat Allah?

Wahai syaikh…Engkau adalah cita-cita kami. Kami yang merindukan kebenaran
sedang engkau yang telah membuktikannya. Malu kami jika tidak meneruskan perjuanganmu. Aib kami jika mengenangmu tanpa arti.

Di haribaan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang engkau tersenyum bahagia, sebab sepeninggalmu ada barisan mursi-mursi lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here