“I’m not under siege. I’m on Palestinian soil…!”
“Aku tidak dalam keadaan terkepung. Aku sedang berada di atas tanah Palestina…!”
Ini statement Asy Syahid Yahya Sinwar, sebelum ia gugur sebagai martir perkasa. Yahya lebih menikmati hidup merdeka di Taman Jihad Gaza. Bercengkerama dengan bau asap bom, aroma harum semerbak wewangian darah puluhan ribu syuhada yang tak pernah kering membasahi bumi Al Aqsho. Ditingkahi reruntuhan bangunan yang setiap hari dibombardir secara ganas oleh Zionis laknat. Bahkan ia amat menikmati saat berkejaran dengan maut. Menyusuri terowongan gelap berminggu-minggu, berpanas-panas di medan tempur ganas terbuka yang tak kenal kompromi. Ia amat menikmati hidup merdeka di medan jihad Palestina. Berlarian dengan gagah berani dari satu tempat ke tempat berikut.
“Minal jihad Ilal jihad, adalah Medan rihlah kami yang amat menantang, senang dan membuat hati kami tenang….!”
Ithmi’nan bil jihad.Tenang dalam dekapan jihad.
Ithmi’nan bit tadhiyah. Tenang dalam berkorban di jalanNya.
Ithmi’nan bis Syahadah. Tenang saat syahid menjemput kami.
Andai saja ia mau, Zionis laknat menjamin, sesungguhnya ia bisa keluar dari Gaza dengan aman. Tanpa intaian drone pembunuh dan bom-bom ganas yang setiap saat menguntit jejak keberadaannya.
Seperti halnya anak-anak Tanah Al Aqsho yang gagah berani. Yahya Sinwar tegak dengan satu tekad membaja di hatinya : “Jihad melawan penjajah Zionis laknat adalah satu-satunya jalan kami, untuk kami bisa hidup merdeka di atas tanah Palestina. Pilihan kompromi dengan rezim penjajah biadab sama saja, kami membuat penjara abadi bagi kami…!”
Wahai Dunia Arab…!
Apapun celaan yang kalian tumpahkan pada kami, karena kami gigih melawan penjajah laknat zionis, kami sudah tak peduli. Tanpa bantuan kalian dunia Islam, kami akan tetap berjihad sendirian di sini. Hingga Allah memberi kemenangan bagi bangsa Palestina atau Ia tetapkan syahid bagi kami.
Kami akan tetap di sini. Di tanah kelahiran kami dan nenek moyang kami sejak dahulu kala. Tanah kelahiran para ambiya, tanah mi’raj Nabi kami mulia yang penuh berkah. Tanah para syuhada. Kami amat mencintai tanah ini melebihi kemewahan apapun yang kalian tawarkan. Jangankan tanahnya, debu-debu beterbangan yang setiap menyeruap dari bumi Al Aqsho, itu lebih kami cintai daripada kami harus berdiam di tempat berlimpah kemewahan di luar Gaza. Sebagaimana kemewahan dunia yang selalu kalian buru. Yang sehari-hari biasa kalian nikmati. Berunding dari satu hotel ke hotel mewah lain, dimanja oleh berbagai fasilitas mewah, makanan berlimpah, dan tidur di kasur empuk dalam kamar ber AC.
Biarlah kami sendirian di sini, berjuang di bawah lorong-lorong gelap, di antara serpihan reruntuhan gedung yang telah hancur, di sekeliling asap mesiu, gelegar suara bom dan aroma wangi darah syahid.
Kami akan merebut kembali tanah kami yang telah dirampas tangan-tangan najis Zionis laknat. Kami akan hadapi konspirasi para pemimpin begundal dunia yang ikut bersekongkol dalam skenario penghancuran tanah kami Palestina.
Wahai kaum muslimin dunia…!
Kompromi dengan penjajah laknat, adalah pengkhianatan nyata terhadap sejarah Palestina. Taukah kalian…? Kompromi adalah narasi jahat yang akan menghapus entitas Palestina merdeka from the river to the sea. Walau kami dijanjikan, kami akan bebas dari bombardir pesawat-pesawat tempur Zionis laknat.
Narasi itu kan yang kalian juga inginkan?
Ketahuilah …! Itu adalah narasi kaum pecundang, kaum pandir pengecut. Mereka yang rela hidup terhina mengikuti narasi musuh-musuh Islam.
Camkanlah ini…!
Gen kami bukan gen pecundang. Gen kami adalah gen petarung sejati yang tak sudi menyerah pada musuh. Sampai musuh terusir dari bumi Palestina dan kami tetap berdiri gagah di atas Tanah Al Aqsho dengan kepala tegak…!
Darah, detak jantung dan suara jiwa kami telah menyatu dengan jihad…!
Lived a Hero ….!
Died a Legend….!
Allahu Akbar…!