SuaraNetizen.com – KRT Permadi Satrio Wiwoho, atau biasa dikenal dengan Permadi, yang lama tidak muncul di media kembali penampakan dengan pernyataannya yang khas menyusul ramainya isu penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama dan rencana aksi demo gede-gedean pada 2 Desember.
Politikus sekaligus paranormal nyentrik itu dalam berbagai kesempatan gemar meneriakkan kata revolusi, dengan kerap menyebut dirinya sebagai penyambung lidah Bung Karno.
“Mari kita Kepung Jakarta. Jika pemerintah dan penguasa sudah keblinger, maka revolusi harus terjadi,” kata Permadi sambil menuding polisi mengistimewakan Ahok, yang sampai saat ini tidak ditahan.
Permadi membandingkan kasus Ahok dengan dirinya, Arswendo Atmowiloto dan Lia Aminudin yang sama-sama pernah terbelit kasus penistaan agama dan langsung ditahan setelah menyandang status tersangka.
Secara lebih tajam, Permadi mengaitkan isu tersebut dengan dikuasainya bangsa ini oleh asing dan hukum yang tidak lagi tegak di atas azas keadilan. Oleh karena itu, pria yang gemar dengan warna hitam ini turut pada barisan pendukung demo akbar pada 2 Desember 2016 mendatang, yang oleh Kapolri dituding mengandung unsur makar.
Politisi PDIP yang belakangan membelot ke Partai Gerindra itu pun menjanjikan jutaan orang bakal mengepung Jakarta untuk menuntut kesetaraan hukum. Dia memprediksi massa aksi pada 212 itu mencapai 2 kali lipat dari pada aksi pada 4 November lalu.
Dalam video yang diunggah di Youtube dengan judul Permadi SH: Ahok Harus DItahan, Permadi mendesak supaya Ahok dikandangkan dan dilarang ikut Pemilu karena mnyandang status tersangka. “Negara kita adalah negara Pancasila. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa, bukan negara kejahatan. Di mana penjahat boleh ikut pemilu?” ujarnya.
Bukan hal baru
Keterlibatan Permadi dalam aksi-aksi politis melawan pemerintah juga terjadi saat rezim Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014). Selain kerap menyebut SBY sebagai jagonya pencitraan, pria kelahiran semarang 1940 ini juga andil dalam penggalangan massa dengan ancaman penggulingan terhadap SBY.
Pada 2011, seratus tokoh menginisiasi mosi tidak percaya kepada pemerintahan SBY, dengan sebutan Rezim Pembohong. Orang pun ikut-ikutan sibuk menghitung berapa jumlah kebohongan SBY.
Bersama tokoh politk dan agama saat itu, seperti Rizal Ramli, Fuad Bawazier dan Yudi Latief, Permadi rajin mengikuti pertemuan-pertemuan hingga ikut turun ke jalan meneriakkan tahun 2011 sebagai Tahun Kebenaran.
“Pertemuan ini saya harapkan terakhir, sudah saatnya revolusi digaungkan sebelum rakyat Memberontak,” kata Permadi dalam deklarasi bertajuk Pertemuan Meja Bundar yang digelar di Gedung Juang, Menteng, Jakarta kala itu. Penulis pun menjadi saksi mata betapa bergeloranya Permadi dalam berorasi.
Permadi dibekali Tuhan dengan keberanian berbicara lantang, apalagi soal melawan rezim. Di kala SBY sedang kokoh berkuasa, pria murah senyum tapi tajam dalam berkata-kata ini tak segan menyebut SBY sebagai pembohong.
“Saya kecewa juga dengan tokoh agama, […] Kok takut sama SBY? Seharusnya tokoh-tokoh agama lima kali lebih marah, karena SBY bohongi Gusti Allah,” ujar Permadi lantang kala itu.
Namun, inisiasi untuk menggoyang kedudukan SBY kandas. Saat itu, sejumlah rentetan demo hanya diikuti beberapa ribu orang, termasuk yang fenomenal dengan membawa kerbau.
Dari sisi kuantitas massa, peserta demo saat ini jauh berlipat-lipat lebih besar daripada massa yang digerakkan untuk menggoyang SBY.
Cara pemiimpin menyikapi pun berbeda. Meskipun teriakan-teriakan revolusi menggema, baik Kapolri maupun Panglima TNI lebih santai menghadapinya. Yang sibuk curhat malah presiden SBY. Sebaliknya, kini ketika demo disuarakan untuk menuntut keadilan (hanya Permadi yang menyebut revolusi), Kapolri dan TNI banyak bicara soal makar, tetapi presiden Jokowi santai saja. Yang jelas, pada situasi-sitausi seperti ini, Permadi selalu ada. (Rimanews)
#CopotTitoBuiAhok