Oleh : Prof. Amien Rais
Prof. Amien Rais mengatakan demokrasi di Indonesia sudah rusak bahkan sebelum pandemi. Bahkan, menurutnya, negara Amerika yang merupakan produsen utama demokrasi juga menentang nilai-nilai demokrasi yang mereka ciptakan sendiri.
Ia menyebut tiga pilar demokrasi berjalan dengan sangat tidak normal. Lembaga eksekutif yang mendapatkan mandat dari rakyat untuk melaksanakan pemerintahan, justru membangun oligarki yang diisi oleh beberapa oknum saja.
Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan Silaturahim Fokal IMM DIY yang mengangkat tema “Politik Abnormal & Masa Depan Indonesia”. Kegiatan virtual ini dilaksanakan pada Rabu (17/6) dengan narasumber utama Prof. Amien Rais.
Amien Rais menyebutkan bahwa di Indonesia hampir seluruh aspek demokrasi dikuasai oleh lembaga eksekutif. Legislatif yang seharusnya mewakili kepentingan rakyat menjadi seperti kerbau dicocok hidungnya.
Sedangkan lembaga yudikatif juga mengikuti apa kehendak lembaga eksekutif. “Didalam ilmu ekonomi, ada ketidakjelasan moral sehingga terkadang banyak pelaku ekonomi yang mengambil langkah yang sangat riskan, tetapi tetap ditempuh mengingat mereka tidak akan dihukum. Karena yang menghukum juga ikut bermain. Sudah tidak ada akhlak dan moral”, jelasnya.
Ia menyebut Indonesia seperti berjalan tanpa arah yang jelas sehingga menyebabkan rakyat menjadi bingung. Menurutnya, para elit politik yang menggerakkan bangsa menggunakan kekuasaan dengan tujuan profit semata.
Mereka sanggup menjadi pembohong, bahkan menimbulkan arogansi politik yang luar biasa. Amien Rais menyayangkan struktur mental masyarakat Indonesia yang sudah rusak, sehingga menganggap hal-hal yang seharusnya tidak normal itu menjadi tampak normal.
“New normal itu bukan dari ilmu sosial politik ekonomi. Tapi tentang climate change, akibat perubahan iklim yang dramatis, maka gunung salju meleleh sehingga mencair, kemudian permukaan air meninggi. Tapi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab, diterapkan dalam aspek sosial ekonomi dan politik.
Ketika pengangguran semakin meluas, itu dianggap new normal. Ketika hutang semakin banyak, itu dianggap new normal. Padahal ini adalah sesuatu yang tidak normal”, lanjutnya.
Menurutnya, salah satu solusinya adalah harus ada kelompok yang menyeru kepada kebaikan di tengah-tengah kondisi yang seperti ini. Misalnya seruan terhadap keadilan. Keadilan ada dalam belasan ayat dalam Alquran.
Ia menyebut umat Islam diminta untuk menegakkan keadilan, berbuat yang baik, dan melakukan perlawanan terhadap hal-hal yang menjijikkan, terhadap kezaliman, dan terhadap kemungkaran.
“Jangan pernah patah semangat, apalagi putus asa. Harus ada keyakinan bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Dalam kenyataannya, tidak ada kezaliman yang tidak hancur. Kadang-kadang lama, tetapi selalu ada ajalnya, ada limitnya. Syukur-syukur amar makruf nahi munkar semakin lugas, sehingga Allah akan percepat pertolongannya kepada kita”, pesannya kepada seluruh peserta silaturahim.
Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini mengatakan jika ada sekelompok manusia yang berkuasa, kemudian berbuat salah dan diberikan peringatan, namun peringatan tersebut justru membuatnya semakin jumawa, maka pada puncaknya Allah akan menjatuhkan mereka, dan memporak-porandakan kehidupan mereka.
Amien Rais juga menyinggung soal RUU HIP yang sedang menjadi perbincangan masyarakat. Ia menyebut RUU HIP muncul tanpa ada tanda-tanda apapun. “Tiba-tiba saja muncul seperti siluman.
Dan yang aneh adalah hampir semua fraksi mengiyakan. Dan ini berarti mereka telah mengkhianati tugasnya”, ujarnya.
Menurutnya, RUU ini dapat menghancurkan ruh keagamaan dari Negara Indonesia, dan dapat memberikan kesempatan terhadap bangkitnya komunisme.
“Mereka seolah-olah menjadi sangat bodoh dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi komunisme di negeri ini”, tutupnya.