by M Rizal Fadillah
Ingin berdecak kagum tidak mampu, ingin mengungkap rasa kaget tak perlu, ingin tepok jidat ah terlalu, senyum dikit malu-malu, akhirnya tertawa terbahak-bahak ha ha ha. Ferdinand Hutahaean masuk Partai Gerindra. Karena kagum pada Prabowo katanya ha ha ha
Bukan tidak boleh masuk partai apa pun mau partai besar atau kecil, grosir atau eceran. Tetapi fenomena kekinian yang patut dikoreksi. Betapa mudah orang pindah Partai Politik. Demi perlindungan diri atau kepentingan pribadi.
Baru menyatakan masuk Gerindra Hutahaean langsung tancap gas menyerang Anies soal isu hutang ke Sandiaga Uno. Seperti anak kecil bahagia menemukan mainan. Menyerang dengan berlindung di Partai. Membela Uno seolah paling tahu daleman Partai Gerindra. Sok tahu lu, Hutahaean.
Mantan Napi ini awalnya kader Partai Demokrat mungkin karena dulu kagum pada SBY sekarang menjadi kader Partai Gerindra karena kagum pada Prabowo. Besok bisa jadi menjadi kader Partai Linglung karena kagum pada Pak atau Bu Pikun.
Budaya politik pragmatik merajalela, Partai menjadi barang murahan. Entah demi apa Prabowo senang jika Kaesang putera Jokowi dapat masuk Partai Gerindra. Kemarin Ridwan Kamil yang semula didukung Partai Nasdem berpindah ke Partai Golkar. Tanpa proses kaderisasi langsung jadi petinggi. Benar itu adalah hak tetapi ini adalah budaya politik buruk. Pragmatik.
Hutahaean masuk Partai Gerindra adalah hak yang tidak seorang pun berhak untuk melarang. Hanya diprediksi Partai Gerindra akan rugi dan terdampak oleh sikap dan gaya politik Ferdinand Hutahaean. Kontroversinya telah membawa Hutahaean ke penjara.
Ia pernah menyebut JK sebagai si Caplin, hanya sayang laporan putera JK tidak diproses. Memfitnah Anies Terima hadiah rumah dari pengembang reklamasi. Menyerang K.H. Ma’ruf Amin dengan sebutan “infrastruktur langit orang tua menuju akhirat” dan cuitan “Alllahmu ternyata lemah”. Hutahaean yang lemah dan menikmati meringkuk di penjara.
Hutahaean kini mencoba berlindung di Partai Gerindra. Katanya sudah ber-KTA. Nah selamat pada Partai Gerindra yang telah mendapatkan tokoh potensial, berpengaruh dan teladan bagi rakyat semesta.
Mau ketawa takut dikira tidak tahu rasa, ya buat coretan saja biar dianggap bijaksana.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 7 Februari 2023