GIMANA NGGA PERIH
by Zeng Wei Jian
Gimana hati ahoker ngga perih, kalo liat historical plot pilkada 2017. Ahok kalah 2 digit. Ngilu. Perih. Pedih. Bagaikan disayat-sayat sembilu, lalu disiram Asam asetat C2H4O2 (cuka).
Ahok diusung banyak partai besar, politisi top, taipan, seabrek artis, media, polling, relawan kotak-kotak, dan hantu.
Stigma “Ahok hebat” sudah lama dimainkan. Nancep ke dalam otak bocah-bocah milenial. Saat masa kampanye resmi, atribut mereka paling mewah. Pake kemeja kotak-kotak. Bikin stiker. Sewa artis. Belum cukup, badai sembako dihadirkan. Leaflet hitam disebar. Iwan Bopeng dikerahkan di TPS. Ahok percaya diri menang 1 putaran.
Nyatanya, Ahok sudah kampanye dan bentuk mesin politik ketika program “KTP Gue Buat Ahok dirilis”. Booth-booth Teman Ahok dan relawan-berbayar bermunculan. Dana mereka seakan unlimited.
Memasuki putaran kedua kampanye, Ahok diusir di mana-mana. Mereka tetep bagi-bagi sembako, print leaflet gelap, produksi video rasis, dan cetak buku halal memilih pemimpin kafir. Di injury time, mereka mendatangkan badai sembako lagi. Kali ini, sapi-sapi juga dimainkan.
Tau-tau, Ahok-Jarot kalah telak. Ini kekalahan termasif sepanjang sejarah pemilu.
Ahoker kejang-kejang. Nangis ngga karuan. Divideoin pula. Balai Kota diduduki. Mereka kirim bunga. Nyampah. Ngga puas, mereka beli balon. Tanggal 8 Mei, saya dan Lieus Sungkharisma diusir dari Balai Kota, saat kita mau liat-liat balon Ahokers.
Kepedihan itu belum tuntas. Esoknya, tanggal 9 Mei, Ahok dinyatakan terbukti menoda agama. Kena pasal 156A. Hukumannya dua tahun.
Sore itu juga, Ahok dioper ke LP Cipinang. Ahoker semakin perih. Mereka nangis, guling-guling di aspal, dan jerit-jerit bebaskan Ahok. Seorang pejalan kaki digebukin hanya karena pake baju putih.
Ahokers yang perih menjadi kalap. Sudah kalah telak, eh masuk bui pula. Mereka mengepung LP Cipinang. Koyak-koyak gerbang penjara. Mirip orang sarap. Polisi meludahi muka seorang Ahoker perempuan. Malamnya mereka bakar ban.
Lalu, mereka rilis aksi lilin. Mereka export masalah ke luar negeri. Ahoker non WNI menggelar aksi di beberapa negara. Mereka mengecam peradilan Indonesia.
Hari demi hari berlalu. Banyak pengusaha die hard Ahoker middle class cari aman. Mulai jilat-jilat Anies-Sandi. Tim buzzer dan lie factory Ahokers bubar. Ngga ada bandar lagi. “Ahokers Sisa-Sisa” tetap menggerutu. Tetap melancarkan black campaign terhadap Anies-Sandi.
Mereka bilang Anies-Sandi Gubernur ASU, Gubernur Saracen, Menang karena dagang ayat dan mayat.
Pedihnya hati mereka. Kampanye hitam mereka ngga digubris. Publik malah bilang, “Dasar Ahoker Sakit Jiwa”.
Bagi Ahoker, Waktu seakan berhenti. Mereka masih hidup di masa-masa kampanye. Ngga sadar, masa itu telah berlalu lama sekali. Sebentar lagi, dalam hitungan hari, Anies-Sandi bakal dilantik. Mata dan muka Ahoker memerah. Gemeretak gigi, nafas tersenggal-senggal, urat muka keras, saat mereka lihat foto-foto Sandiaga Uno fitting pakaian gubernur.
Hati Ahoker semakin perih, seakan ada belati di dalam liver, mana kala semua black campaign mereka jadi bumerang. Alih-alih bikin masyarakat benci, semakin banyak orang cinta Anies-Sandi.
THE END