Seorang presiden dari negara korup mendatangi rakyatnya dengan mobil yang terbuka kacanya. Dari dalam mobil ia melempari barang-barang keluar. Entah apa itu, tapi mungkin berharga. Lalu menyerbulah rakyatnya berebut barang yang diberikan dengan cara dilempari begitu. Entah sebab alasan apa, cara tak manusiawi itu harus dilakukannya. Padahal jika ia mau sedikit santun, ia bisa meminta supirnya berhenti sebentar, turun dan memberikannya secara baik, bukan dengan cara dilempar.
Analisanya sederhana saja:
Jika ia berasal dari kampung dan dibesarkan dengan cara tak beradab, maka memperlakukan orang pun dengan cara kampungan. Nah, orang kampung tak beradab yang diperlakukan begitu merasa baik-baik saja, apalagi pemuja. Jadi, sejatinya kita sedang menyaksikan interaksi antar orang-orang kampungan. Kita sendiri tentu menolak diberi dengan cara demikian.
Orang-orang yang beradab tentu menghargai orang lain dengan adab terhormat bukan seperti binatang. Rentang status sosial manusia memang sering memperkosa harga diri. Memiliki segalanya tak berarti bisa menghalalkan segalanya, itu kata orang berpendidikan dan terhormat. Tapi tidak kata rakyat jelata yang ketemu nasi bisa 2 hari sekali. Meski didorong pakai kakipun, sepiring bubur pasti dimakan. Mirip Paman Doblang.
Inilah perilaku kecil presiden pilihan rakyat. Rakyat yang mana? Ya rakyat yang mau diberi sesuatu dengan cara dilempar. Rakyat yang terukur harga dirinya. Rakyat yang miskin marwah dan kehormatan. Rakyat yang mau dibodohi.
Jika kita menolak diperlakukan tak terhormat dan tak manusiawi, maka sejatinya kita masih layak disebut manusia, bukan binatang!
Jika kita marah dihina dan mengutuk dinistakan, maka sesungguhnya kita dilahirkan dari rahim orang-orang terhormat dan dari keturunan bangsa yang memiliki kehormatan, bukan keturunan bangsa kacung!!!
Sahabat, tetaplah santun dan menghormati orang lain, meski ia pengemis. Jangan seperti presiden kampungan itu ya.
Salam.
Santoso hendrawan.
berikut videonya