kritik dari Zaadit Taqwa masih berada dalam batas-batas yang wajar. Andaikata pun Zaadit tidak menunjukkan kartu kuning, masyarakat umum tetap pantas mempertanyakan gerak pemerintah yang sangat wajar disebut lambat. Bukankah instansi-instansi pemerintah memang harus antisipatif terhadap daerah-daerah terpencil? Bukankah negara yang sudah “resourceful” ini harus siap setiap saat?
Bisa dipahami mengapa Pak Jokowi merasa tak enak menerima kritik dari “anak bau kencur” seperti yang ditunjukkan oleh Zaadit. Tetapi, reaksi Presiden dengan mengatakan bahwa beliau akan mengirim ketua BEM UI ke Asmat, menorehkan kesan lain di kalangan publik.
Bagi masyarakat, bukan soal Zaadit “masih bau kencur” yang tampak di permukaan. Yang lebih menonjol adalah kesan, “jangan kritik saya”.
Selengkapnya:
http://teropongsenayan.com/81018-jokowi-mau-kirim-ketua-bem-ke-asmat-berarti-jangan-kritik-saya
#teropongsenayan