Kenekatan Jokowi untuk “mengkudeta” Megawati tuannya sendiri sepertinya bakal terjadi.
Ini berdasar rentetan kenekatan Jokowi dari masa lalunya. Sejarah pendidikan Jokowi dari mulai SD sampai sarjana yang “misterius”, sejarah naiknya sebagai Presiden yang misterius, dan cara-cara Jokowi mengatasi lawan-lawan politik yang “super tega” (disingkirkan, disiksa, dipenjara, sampai tega dibunuh) menjadi catatan kelam Jokowi.
Jokowi yang terancam dilengserkan rakyat dan tertutupnya kesempatan untuk 3 periode, saat ini sedang stress berat, kalap dan super panik .
Berbagai masalah sedang membelit Jokowi, mulai dari : kasus ijazah palsu, kasus Sambo yang tidak kunjung tuntas, kasus pembunuhan massal di Stadion Kanjuruhan, Nasdem yang telah “membelot” mencapreskan Anies, kader dan akar rumput partai-partai KIB yang sudah mendukung Anies, terakhir adalah “tersanderanya” Ganjar Pranowo oleh PDIP
Ganjar adalah satu-satunya proxy Jokowi yang akan bisa “mengamankan” seluruh kejahatan Jokowi ketika sudah lengser, termasuk mengamankan proyek-proyek para taipan hitam dan mafia. Jika Ganjar gagal di Pilpres 2024, habislah seluruh kebusukan Jokowi selama berkuasa, akan habis juga keluarganya yang selama ini “diamankan” oleh kekuasaan Jokowi. Belum lagi berbagai kepentingan China yang akan tergusur, sehingga tekanan yang sangat kuat kepada Jokowi dari para oligarki China komunis.
Dalam keadaan super panik, sangat mungkin Jokowi akan nekat “mengkudeta” Megawati dari kursi Ketua Umum PDIP. Soal kudeta mengkudeta ini sudah dilalukan terhadap PAN, P3, GOLKAR, dan Demokrat. Tapi kudeta terhadap Demokrat akhirnya gagal, karena Menkumham akhirnya hanya mengakui Demokrat pimpinan AHY dan mengeliminir Demokrat Moeldoko (suruhan istana).
Ada beberapa pertimbangan Jokowi akan nekat mengkudeta PDIP :
Pertama, Ganjar harus jadi Capres Dukungan Oligarki
Selama ini Ganjar seolah dihalangi oleh Megawati untuk nyapres. Ini membuat kesal Jokowi.
Sebaliknya, Ganjar sebagai kader partai PDIP dianggap indisipliner, sehingga pantas dihukum. Tidak mudah Megawati untuk mengizinkan Ganjar nyapres, apalagi Megawati menggadang-gadang Puan sebagai capres dari PDIP.
Kedua, Jokowi sebagai Presiden tidak mau terlalu diatur PDIP sehingga Jokowi lebih mempercayakan berbagai tugas ke Luhut (sampai 27 jabatan)
Ketiga, Momentum yang tepat untuk mencapreskan Ganjar adalah sekarang, sebelum partai-partai andalannya yaitu KIB (Golkar, PAN, dan P3) bubar dan mendukung Anies.
Keempat, Ancaman dari Anies Baswedan semakin mengerikan. Hampir semua elemen masyarakat telah mendeklarasikan mendukung Anies. Ada kemungkinan parta-partai andalan Jokowi juga akan mendukung Anies. Sekarang baik kader maupun grassroot Golkar, PAN, dan P3 sudah mulai eksodus mendukung Anies. Jadi walaupun Golkar, PAN, dan P3 secara resmi misalnya mendukung Ganjar, tapi semua gerbongnya sudah kosong.
Kelima, Jokowi itu orang yang selalu mendahulukan syahwat berkuasa daripada moral dan etika
Sepertinya moral, etika, hati nurani, dan rasa malu Jokowi sudah mati. Siapa pun juga yang berani mengganggu kekuasaannya akan disikat habis. Tidak tertutup kemungkinan Jokowi akan menerkam “ibu asuhnya” atau majikannya sendiri. Soal resiko itu urusan nanti.
Oleh karena itu, PDIP sebagai parta terbesar dan PUAN sebagai Ketua DPR harus ambil langkah cepat tidak didahului oleh kenekatan Jokowi. Caranya lengserkan Jokowi melalui Sidang Istimewa MPR. Telah banyak pelanggaran Jokowi terhadap konstitusi sebagai syarat pelengseran Jokowi : mulai dari pembiaran Aseng menguasai kedaulatan Indonesia, berbagai kasus korupsi (Gusdur dulu diimpech karena kasus Bulog Gate), ijazah palsu, dll.
Saat ini, pilihan Megawati hanya dua : Menjatuhkan atau Dijatuhkan
Semoga ada solusi bagi bangsa ini untuk keluar dari krisis multidimensi.
Bandung, 6 R. Akhir 1444
Sholihin MS
