By: @KenYorindra1
- Ini menarik bu mega. saya aka jelaskan secara komprehensif dan jujur agar ibu tidak bertanya lagi. Ini menyangkut sejarah dan ayahanda ibu. mari kupas tuntas. Megawati mengaku kesulitan mencari pemimpin untuk wilayah Sumatera Barat.
- Sebelum saya lanjut, mungkin ada satu yg bisa saya pastikan. Sampai kapanpun PDIP tidak akan pernah bisa menang di Sumbar. Kecuali jika jejak2 sejarah dihapuskan.
- Masyarakat Sumbar itu sangat mengidolakan Bung Hatta. Bukan hanya karena putra daerah, tapi lebih kepada kekaguman pada integritas dan kejujuran beliau dalam memimpin bangsa ini diawal kemerdekaan.
- Mungkin saat itu, Masyarakat Sumbar masih mengagumi Soekarno sebagai bapak bangsa, sebagai orang dengan penuh perjuangan dalam memerdekaan Indonesia. Tapi ya itu, People Change..
- Mungkin tidak perlu saya jelaskan detail disini. Siapapun tahu perubahan Pak Soekarno. Hingga pada pertengahan 50 an, Bung Hatta tidak sejalan lagi dengan Pak Karno secara politik. Bung Hatta tetap ingin pemerintahannya jujur dan berintegritas. Yang ternyata susah diwujudkan.
- Bung Hatta kemudian mundur. Dan ternyata membuat semuanya jadi berat. Tidak ada yang bisa mengingatkan Pak Karno untuk tetap pada pemerintahan yang baik dan adil. Kemunculan PKI di pentas politik nasional semakin berpengaruh. Dan Pak Karno setiap tahun menikah terus.
- Kuotanya melebihi dari ajaran Islam yng dipegang teguh rakyat Sumatera Barat. 3 tahun kemudian di tahun 1958, arah bangas ini menjadi kurang adil dan tidak mementingkan bangsa sendiri tapi kepada pihak2 tertentu saja. Dan itu tidak bisa diterima oleh beberapa orang.
- Dan meletuslah PRRI. Yang katanya pemberontakan. Tapi jika kita lebih detail membaca ultimatum PRRI, sebenarnya permintaannya tidak sulit untuk dipenuhi dan dipahami akal sehat. Hanya meminta pemerintah kembali menjadi baik dan keluar dari pengaruh partai komunis dan adil.
- PRRI memberikan kenangan buruk pada masyarakat Sumbar. Diburu disiksa dan dibunuh. Dianggap pemberontak padahal tidak satupun niat mereka membentuk negara sendiri. Penumpasan yg entah persetujuan Soekarno atau tidak, yg jelas itu terjadi pada masa Pak Karno masih menjabat.
- Generasi yg merasakan pedihnya di tahun2 itu masih hidup sampai sekarang. Dan generasi ini menceritakan ke generasi selanjutnya. Dan terbentuk satu hal. Mereka bukan anti Pancasila hanya saja anti Soekarno. Maafkan bahasa saya. Dan jika mungkin salah dan tidak mewakili..
- Tapi itu yang terjadi dan nyata adanya. Saya berumur 35 tahun ini, lahir di tahun 84 yg bahkan tidak merasakan langsung. Tapi hanya dengan membaca sejarah saja tanpa diceritakan oleh ayah saya, saya sudah mendeklarasikan diri saya sebagai anti-soekarno sejak otak bisa berpikir.
- Kemudian, rasa penasaran itu menuntun pada cerita lain. Bagaimana Pak Karno memenjarakan Buya Hamka di kemudian hari. Dan Sutan Syahril juga ikut dipenjarakan. Siapa lagi, googling saja..
- Jadi jangan sampai berharap kemenangan PDIP di Sumbar karena itu hal yg sangat tidak mungkin terjadi di dunia ini. Imposible memang nothing, tapi dalam kasus ini imposible adalah kepastian.
- Jadi mungkin saran saya, fokus ke daerah lain ke pertempuran yang bisa dimenangkan. Sulit menang di perang yg tidak bisa dimenangkan. Jangankan berharap, berpikir untuk menang saja mungkin satu kata yg harus dihindari.
- Akhir kata, semoga ini dapat menjawab pertanyaan ibunda yang terhormat. Mungkin tidak ada orang yg berani bilang ini pada ibu. Tapi emang inilah alasannya…
(Sumber: Dihimpun redaksi portal-islam.id dari Twitter @KenYorindra1)
loading…
Artikel ini dibagikan melalui aplikasi Media Umat Islam
Satu Aplikasi untuk Umat Islam : Baca Berita, Streaming TV Islam, Streaming Radio Islam, Video Ceramah, Media Nasional, dll.
Silahkan download di :