by M Rizal Fadillah
Nampaknya seruan agar pak Jokowi mundur akan semakin kencang dan menggaung. ini efek dari tak ada kebijakan solusi atas keadaan saat ini yang menukik menuju multi dimensi krisis. Ekonomi, politik, moral, hingga ideologi. Pandemi juga melengkapi. Penyelenggara negara seperti terbengong-bengong menghadapinya.
Rakyat sulit berharap pada tim yang diberi amanah tetapi tak mampu berbuat apa-apa. Kondisinya menjadi terus menerus melakukan kesalahan. Keluar Perppu salah, otak atik Undang-undang salah, urusan kesehatan salah, pindah ibukota salah, ngurus keluarga Pilkada salah juga. “Salah melulu si dia”. Sementara rakyat seperti dibiarkan mengatasi sendiri permasalahannya.
Mundur..Mundur..Mundur
Mundur pertama, adalah mundurnya para pendukung Pilpres yang kecewa dengan kinerja. Tak sesuai harapan dan janji-janji. Kini sang pemimpin hanya memikirkan diri dan kelompok dekatnya saja. Cebong mati tidak diberi makan. Menggelepar di daratan.
Mundur kedua, adalah kelak para Menteri. Pembantu Presiden yang “dimarah-marahin lagi”, disalah-salahkan, dan diancam-ancam resafel. Menteri yang tidak dihargai oleh pemimpin yang sebenarnya tidak mengerti soal harga. Harga diri yang tergadai.
Mundur ketiga, tentunya adalah mundurnya bapak. Koordinasi tim work yang amburadul membuat semua program “ambyar”. Alih alih investasi nyatanya tumpukan hutang. Kepercayaan dan kesabaran publik semakin rendah. Mundur adalah keniscayaan. Tap MPR No. VI tahun 2001 menjadi sandaran.
Reformasi, restorasi, rekonstruksi atau apapun namanya mungkin segera terjadi. Perubahan politik secara konstitusional adalah biasa dalam proses ketatanegaraan Indonesia. UUD telah memfasilitasi hal demikian. Para pendahulu telah mengajarkan bagaimana pola suksesi. Bukan kudeta.
Kemunduran adalah ketika kedaulatan rakyat dipermainkan dan elemen strategis bangsa diam saja. Kemunduran adalah hukum yang menjadi kepanjangan tangan politik pragmatik. Kemunduran adalah kemajuan yang tidak tercapai akibat KKN yang semakin merajalela. Kemunduran adalah jalan menuju keterpurukan dan pemiskinan rakyat.
Jika kondisi sudah ruwet…ruwet…ruwet
maka mundur…mundur…mundur
adalah jalan menuju kemajuan. Meski bertahap untuk maju..maju..maju.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 7 Agustus 2020