Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Tetiba, ada kabar gempar si Pembantai itu tewas kecelakaan. Semua ikut riuh mengabarkan. Ada yang bilang Mubahalah berlaku, hukum karma, mendapatkan azab dunia, dan sebagainya. Namun, ada pula yang mempersoalkan.
Bukan soal tak percaya Mubahalah, balasan dari kezaliman, azab dunia dan sebagainya. Tapi, lebih pada kekhawatiran Kasus Penembakan Laskar akan “DIMATIKAN” baik MATI SUNGGUHAN atau DIKABARKAN MATI atau bisa juga disebut MATI MATIAN (bukan mati beneran).
Tak ada parameter dan ukuran logika dan fakta, yang bisa dijadikan alasan untuk mempercayai kematian karena kecelakaan itu. Sebelumnya, nama dan batang hidung PEMBANTAI yang disebut tiga orang, tidak pernah diketahui. Dalam ‘Mitos Kecelakaan Pembantai’ juga tidak diketahui wujud fisiknya. Kalaupun ada wujud fisiknya, tak ada dasar untuk meyakini itu fisik jasad Pembantai yang mengalami kecelakaan.
Semua kabar berasal dari Inspektur Vijay Priya Amaraj. Opsir pendusta, yang selama ini banyak mengarang cerita. Kalau sebelumnya, opsir ini berani berdusta untuk peristiwa pembantaian laskar, bukankah mudah bahkan lebih mudah lagi untuk membuat cerita kecelakaan ?
Bulan ini satu mati, bulan depan ada yang bunuh diri, bulan berikutnya sisanya tenggelam di dasar lautan. Karena pelaku pembantaian semuanya mati, maka Case Closed. Kasus akan ditutup, sebagaimana status laskar yang ditutup kasusnya, diangkat status tersangkanya.
Saya pikir kasus ini akan di ‘Novel Baswedan Kan’ yakni, yang penting ada tersangka, diadili dan divonis, kemudian case Closed. Ternyata ? Karangan sang Sutradara, lebih jauh. Kasus ini akan ‘DIMATIKAN’ dan akhirnya Case Closed.
Jadi, jangan terlalu percaya apalagi bergembira dengan kabar kecelakaan. Memangnya kita cuma menuntut tiga pembantai ? bukankah, tidak mungkin ada tembakan sadis tanpa perintah dari komandan sadis ?
Kasus ini masih panjang, ketika saya bongkar dengan tulisan ini bisa jadi sang Sutradara sedang membuat skenario lain. Jadi, tetap aktifkan akal sehat. Jangan mau menerima statement tanpa bukti. Pendusta sekali berdusta selamanya akan berdusta, itu yang harus dijadikan kesadaran kolektif.
Tak mudah memang membongkar skandal, dimana Negara terlibat didalamnya. Ini bukan soal menyelamatkan satu dua nama, ini soal satu rezim yang memang sangat mendengki terhadap Islam.
Tapi insyaallah, tak ada skenario sempurna. sehebat hebatnya manusia membuat makar, Allah SWT maha pembuat makar.
Bangkai, mau disimpan serapi apapun suatu saat pasti tercium. Mau diawetkan atau apapun cara menghilangkan jejak, tak akan menghilangkan bukti bahwa bangkai berasal dari proses pembunuhan.
Ah, ingin rasanya azab Allah SWT segera ditimpakan kepada mereka. Namun, Allah SWT maha tahu, kapan suatu peristiwa terjadi dan apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Karena itu, cukuplah kita bertawakal dan Husnudz Dzan kepada Allah SWT. [].