Oleh : Yudi Syamhudi Suyuti
Ketua Presidium Musyawarah Rakyat Indonesia.
Pernyataan Jokowi yang menyatakan teroris ada disini adalah pernyataan paling berbahaya yang disampaikan seorang Presiden. Pernyataan itu bisa diartikan sebagai bahasa represi yang menyudutkan kelompok Islam yang dianggap Jokowi berseberangan dengannya. Selain itu, pernyataan Jokowi memancing dunia internasional untuk melihat Indonesia sebagai ancaman dunia. Sehingga Jokowi terindikasi membuka pintu masuknya militer asing ke Indonesia dengan alasan membasmi teroris. Kita sudah tau, kerjasama Rezim Jokowi dengan Cina begitu kuat. Tentu tidak salah, jika kita berasumsi bahwa Jokowi sedang membuka pintu masuk Angkatan Perang Cina secara terbuka dengan alasan Teroris ada di Indonesia. Padahal jika ini terjadi, Jinping dan Jokowi sedang mempersiapkan puncak dari Kolonisasi Cina di Indonesia melalui pendekatan mililter. Pernyataan-pernyataan Jokowi yang semakin hari semakin membahyakan RAKYAT, sudah pantas di evaluasi untuk semakin memperkuat SIDANG ISTIMEWA dan PEMAKZULAN JOKOWI.
Jakarta, 5 Oktober 2017.
……….
Pengamat Politik Sesalkan dan Merasa Sedih Saat Jokowi Katakan Teroris dari Kita (Indonesia)
JAKARTA (voa-islam.com)- Kemarin dalam sebuah acara bersama Kamar Dagang dan Industri atau KADIN Indonesia, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo kembali melontarkan pernyataan-pernyataan yang mengandung makna dan membawa pesan kegelisahan dan mungkin bernilai sebuah kemarahan dari Presiden. Sebuah ketidak senangan bila tak layak disebut kemarahan, namun yang pasti Presiden tampak tidak suka dan tidak senang dengan berita tentang penurunan daya beli masyarakat.
“Yang kedua, pernyataan Presiden tentang terorist justru dari kita. Presiden seolah menjustifikasi dan memberikan stigma bahwa Bangsa ini adalah Bangsa penghasil terorist. Hanya untuk membenarkan visa bebas kebijakan politiknya, Presiden tanpa rasa kuatir membenarkan bangsa ini bangsa terorist dengan menyebut justru terorist kan dari kita. Menyedihkan, karena pernyataan presiden ini akan mengamini tudingan asing yang menuduh Indonesia negara radikal dan penghasil terrorist,” sesal pengamat politik, Ferdinand Hutahean, Selasa (3/10/2017).
Menurut dia, apa yang diungkapkan oleh Jokowi unik memang, meski cenderung asal bicara, pernyataan itu dikeluarkan seorang Presiden. Meski kedua pernyataan itu menarik dibahas, namun kali ini Saya memilih membahas kata Lawan Politik yang dituduhkan Presiden sebagai penyebab munculnya berita tentang penurunan daya beli masyarakat.
“Presiden tampaknya merasa bahwa penurunan daya beli masyarakat itu hanya isu yang digoreng, bukan fakta dan bukan realita ditengah publik.”
Ferdinand merasa prihatin dengan ucapan Jokowi tersebut. Seharusnya, Jokowi yang merupakan orang keturunan Jawa, sebagaimana dikenal paling berperasaan mengerti keadaan sebenarnya.
“Inilah keprihatinan paling dalam ketika seorang presiden ternyata tidak bisa merasa dan hanya bisa merasa. Orang Jawa bilang, harus biso rumongso ojo rumongso biso.
Sebagai seorang Jawa, tanpa bermaksud rasis, mestinya petuah-petuah leluhur seperti itu harus diingat. Agar tidak selalu merasa bisa tapi harus lebih bisa merasa.” (Robi/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!