Oleh Faizal Assegaf (Ketua Progres 98) – Minggu, 31 Des 2017 – 22:34:33 WIBPertemuan mendadak Ustadz Abdul Somad (UAS) dan Habib Rizieq Syihab (HRS) di tanah suci Mekah, tidak lain untuk membesarkan gerakan solidaritas Aksi Bela Islam 2018.
Kedua tokoh karismatik tersebut memiliki komitmen dan sikap politik yang sudah jelas berseberangan dengan rezim Jokowi serta menjadi simbol perlawanan terhadap PDI-P.
Suka atau tidak, kiprah UAS dan HRS telah memasuki sentrum dinamika politik nasional. Gerakan religi yang mereka tularkan secara efektif telah memantik kesadaran umat secara masif.
Hal itu membuat daya rusak yang serius terhadap citra Jokowi dan PDIP. Rangkaian kriminalisasi dan persekusi kepada HRS, UAS dan para tokoh Islam lainnya, memberi indikasi kuat bahwa Istana telah terjebak dalam ketakutan luar biasa.
Saya kira, semua pihak sudah bisa menangkap pesan politik di balik pertemuan UAS dan HRS di Mekah. Intinya memberi sinyal akan muncul gerakan persatuan umat untuk pulangkan Jokowi ke Solo 2019.
Gerakan pulangkan Jokowi ke Solo, merupakan puncak dari solidaritas Bela Islam dengan ciri dan pendekatan aksi superdamai melalui jalur konstitusional, Pilpres 2019.
Skenario politik yang demikian sah saja, tidak bisa dihalangi oleh kekuatan apapun. Semua pihak bebas menyalurkan aspirasi dalam berdemokrasi.
Biarin aja Jokowi dan PDIP makin galau dan ketakutan menghadapi fenomena kebangkitan Islam. Kalau menabur kezaliman, ya siap menuai badai kemarahan umat.
Dan sudah pasti memasuki tahun 2018, eskelasi gerakan Aksi Bela Islam akan jauh lebih besar dari tahun 2016 dan 2017.
Akan ada kejuatan-kejutan politik yang bikin Jokowi dan elite PDIP makin terjepit serta kehilangan legitimasi di mata rakyat. Tegasnya ambisi untuk melanjutkan kekuasaan gagal di tengah jalan.(*)
#pulangkan jokowi ke solo 2019