sapaislam.com, Putri proklamator RI Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri menyoroti kesigapan Polda Metro Jaya dalam mengusut kasus dugaan chat mesum yang dituduhkan kepada Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab.
Menurut dia, penetapan status tersangka hingga daftar pencarian orang (DPO) yang disematkan kepolisian kepada Rizieq begitu ganjil dan mengundang banyak tanya di kalangan masyarakat.
Pasalnya, penetapan tersebut tak berjalan sebagaimana lazimnya. Bagi Polri mengungkap pelaku penyebar chat mesum tidak penting.
“Kalau kita bicara hukum, anggaplah (kasus) itu betul. Tapi mestinya yang dikejar dulu kan ‎pelaku penyebarnya. Jadi, siapa sebenarnya yang menyebarkan itu?, dari mana dia dapat (gambar)? Kan itu dulu. Ini kan nggak jelas, penyebarnya seakan tidak penting, yang penting Habib Rizieq harus tamat,” ujar Rachmawati disela-sela peringatan Haul Kelahiran Bung Karno di Universitas Bung Karno (UBK), Jakarta, Selasa (6/6/2017) malam.
Dalam kasus Habib Rizieq, kata Rachmawati, penegakan hukum yang dilakukan Polri‎ jelas tidak fair dan bukan merupakan penegakan hukum yang berdasarkan kebenaran dan berkeadilan.
Karenanya, pendiri Yayasan Pendidikan Bung Karno ini memandang, bahwa kasus yang menimpa Rizieq merupakan kasus yang mengada-ada.
Bahkan, kata dia, proses penetapan Rizieq sebagai tersangka terkesan hanya didasarkan pada like dan dislike, sebab Rizieq dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas dipenjaranya bekas Calon Gubernur DKI yang diusung partai penguasa PDI-P, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kasus penodaan agama.
“Kita tahu, ini semua awal mulanya adalah permasalahan Ahok, lalu mungkin dianggapnya yang berperan besar menjadikan Ahok dihukum itu kan seolah-olah GNPF-MUI yang dipimpin Habib. Kira-kira kan begitu. Jadi, ini dendam dibalas dendam. Jadi bukan upaya hukum secara benar, makanya umat Islam merasa ini kasus penuh rekayasalah. Orang awam saja bisa lihat kok ini tujuannya pembunuhan karakter,” beber Rachmawati.
“Kok ini (Habib) tidak jelas kasusnya diuber-uber, langsung DPO.‎ Sementara koruptor BLBI yang merampok ratusan triliun tidak diapa-apain, tidak dikejar? Ada apa‎? Ini hukum apa dagelan?,” cetus Rachmawati.
Selain itu, dia kemudian menyamakan pola kriminalisasi yang tengah dihadapi Habib Rizieq dengan mendiang ayahnya, Soekarno.
“Ini (cara) bukan barang baru. Dulu Bung Karno juga begitu waktu mau dijatuhkan, itu modus dari intelijen sendiri, juga pembunuhan karakter terhadap Bung Karno. Waktu itu, Bung Karno dianggap kebanyakan istri, main cewek, poligami, dan sebagainya. Jadi, tahun 1965 itu cara udah pernah dilakukan, luar biasa mendowngrade, membunuh karakter Bung Karno. Pola-pola lama lah,” urainya.
Meski begitu, Rachmawati mengaku tidak kaget. Menurutnya, saat ini pihak-pihak yang berlawanan dengan pemerintah langsung dikriminalisasi. Seperti dirinya yang ingin menyampaikan aspirasi ke MPR untuk meminta kembali kepada UUD 1945 asli, tetapi justru dituduh sebagai pelaku makar.
“Saya melihat apa yang kita katakan berlawanan dengan pemerintahan yang sekarang, itu selalu dikriminalisasi. Padahal, saya menyuarakan ini (kembali ke UUD 45 asli) sudah sejak lama. Argumentasi saya jelas, keadilan sosial tidak akan pernah terwujud jika kita tidak segera kembali ke konstitusi asli yang diamanatkan pendiri bangsa,” tandasnya.‎
sumber teropongsenayan