Oleh: M Rizal Fadillah*
Persiapan pelaksanaan Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-79 di IKN Puser Penajam terus dilakukan. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menyatakan persiapan telah mencapai 90 persen. Ia menyatakan Istana dan Kantor Presiden harus kelihatan. Sementara Kasatpres Heru Budi Hartono menegaskan bahwa acara 17 Agustus 2024 akan lebih istimewa dibanding perhelatan sebelumnya.
Menurut Heru istimewanya perhelatan dibuat karena ini sebagai kegiatan pamungkas dari masa jabatan Presiden Jokowi. Kementrian PUPR dimana Basuki Hadimuljono sebagai Plt Kepala Otorita IKN menjadi “leading sector” hampir seluruh kegiatan temasuk pesta Istana yang akan dilaksanakan. Entah sejauh apa “Istimewa” nya pesta perpisahan Jokowi dan pengantar pewarisan tahta kepada anak sulungnya pada 17 Agustus 2024 tersebut.
Terbitnya buku “Gibran The Next President” tulisan Ahmad Bahar cukup menyentak. Apalagi sub judul buku “Aku Bukan Anak Kecil, Aku Bukan Anak Ingusan, Aku Gibran”. Konon buku ini akan dilaunching 14 Juni 2024 di Solo. Disebut menyentak karena belum juga “Anak Kecil” dan “Anak Ingusan” ini dilantik sebagai Wapres, sudah sesumbar itu. Padahal ia produk dari keharaman sebuah proses politik. Rupanya pewarisan tahta tengah disiapkan.
Mungkin 17 Agustus besok seremoni “pisah sambut”.
Jokowi melalui Basuki ingin pamer kekuasaan dan kemewahan? Awal selebrasi dinasti Kekaisaran Jokowi? Sungguh tidak memiliki rasa malu dan tenggang rasa. Rakyat Indonesia saat ini sedang menderita akibat kebijakan jahat rezim Jokowi. Pekerjaan sulit, pendapatan sedikit, sebagian rakyat berperut melilit. Harga bahan pokok melejit, bahan bakar naik, petani menjerit. Pajak diburu, tanah digusur dan kesenjangan tajam.
Rakyat kecil pribumi stress tiap bulan memikirkan bayar kontrakan rumah, sementara perumahan elit etnis tertentu makmur dan semakin ekslusif. Konyolnya diberi status Proyek Strategis Nasional lagi. Rezim Jokowi memang menggila. Korupsi merajalela. Pejabat, pengusaha dan komunitas peliharaan hidup bermanja dan berfoya-foya sementara rakyat melarat dan sekarat.
Jika perhelatan 17 Agustus 2024 adalah unjuk kemewahan Istana, maka rakyat pantas untuk bangkit dan berontak. Berontak melawan pamer diri, kezaliman dan kesewenang-wenangan.
Mereka adalah orang-orang tidak peduli dengan keadaan rakyat yang semakin menderita.
Teringat peristiwa Revolusi Perancis ketika keluarga Istana Louis XVI di Versailles berpesta mewah sementara rakyat untuk roti pun susah. Emak-emak bangkit dan berontak. Menggiring Louis XVI dan keluarganya ke Paris. Setelah gagal untuk kabur ke Austria, maka ujung cerita ia dan istrinya dipenggal Guillotine.
Peristiwa kemarahan rakyat kepada Tsar Nicholas II pasca Revolusi Rusia juga akibat kesenjangan hidup. Keluarga Tsar dibawa ke ruang bawah tanah untuk berfoto bersama dan setelah “foto keluarga” maka seluruhnya ditembak dan dibantai di tempat itu juga. Bensin dan Asam Sulfat disiapkan untuk membakar merusak mayat-mayatnya. Rakyat sudah muak pada perilaku dan kemewahan Istana.
Jokowi berniat dan memulai membangun dinasti, moga saja selamat. Jangan sampai seperti keluarga Romanov Tsar Nicholas II yang dibantai oleh pemberontakan rakyat. Sekeluarga habis.
Ketika berkuasa Tsar jumawa, tetapi ketika terpenjara maka minta suaka pun tidak bisa.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 11 Juni 2024