Mohon maaf saudaraku, belum tentu itu Bom BUNUH DIRI. Tabayyun dulu.
Modus lama berulang, semenjak Bom didepan Kedubes Australia, modus pengantaran paket Bom yang diledakan melalui remote kontrol ataupun HP dari jarak jauh menjadi trend paling aman bagi dalang pelaku Bom dengan mengorbankan pembawa paket. Jangan-jangan sang pembawa paket tidak mengetahui yang dibawanya adalah Bom atau bahan peledak. Dalam kasus Bom ‘Bunuh Diri’ Heri Kurniawan alias Heri Gulun sang pengendara motor membawa barang lalu diledakan dari jarak jauh diatas jembatan penyebrangan depan Studio ANTEVE. Pas motor tersebut berada ditengah jalan didepan Kedubes Australia, remote control ditekan motor itupun meledak. Hebatnya lagi Bom Motor yang menewaskan 6 orang tersebut disulap Densus 88 menjadi Bom Mobil ‘Box’ terlihat pada CCTV di Plaza 89 seberang jl.Rasuna Said Kuningan. Di TKP tak ditemukan bangkai Mobil Box, hanya motor yang terbakar. Anehnya pada rekonstruksi Mobil Box jadi-jadian tersebut dihadirkan di TKP. Anda bisa putar ulang live breaking News ANTEVE 16 tahun lalu. Yang mengejutkan terlihat petugas orange merusak bekas efek ledakan motor yang hanya menyebabkan kerusakan kecil pada aspal jalan berubah menjadi lobang besar. Begitulah yang coba diungkap dari hasil investigasi yang diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Skandal Bom didepan Kedubes Australia yang dilaunching di Gedung Jakarta Media Center JMC jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat lalu.
Ada lagi pelaku Bom Bunuh Diri’ JW Marriott bagaiman mungkin ditemukan kepalanya saja, lalu muncul nama Asmar Latin Sani ditetapkan Polri sebagai tersangka pelaku Bom Bunuh Diri??!
Bagaimana dengan Bom Makasar??! seseorang membawa Bom dan tidak ada upaya mengancam petugas, apalagi mendekat kesasaran utama. Coba kita buka CCTVnya. Boleh dong menduga pemicunya dari luar melalui remote control. Pelaku Bom Bunuh Diri’ dimanapun di dunia akan meledakan dirinya pada posisi terdekat target. Pasukan Kamikaze Dai Nippon Jepang dengan menghantampan dirinya ke target yang bisa menimbulkan kerusakan dan korban nyawa lebih banyak. Bahkan walaupun nantinya nampak di CCTV bagaimana pelaku memicu ledakan bom tersebut.
Menurut saya ini The Roll Play, permainan di antara mereka. Tujuannya sangat jelas untuk melabeli FPI sebagai Teroris dan HRS dalang peledakan Bom dengan ditemukan ‘bukti-bukti’ anggota teroris Makasar, Condet dan Bekasi adalah kaitannya dengan Eksponen FPI. Begitu cepatnya Densus 88 merangkai jejaring jamaah yang dikait-kaitkan dengan Bom Makasar tersebut sehingga dalam hitungan jam sudah menangkap jaringannya. Bagaimana dengan kasus pelemparan air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan dan para penyiksa dan pembunuh 6 Lasykar FPI yang pastinya kejadiannya bukan di KM 50. Fakta ditemukan banyak luka bekas penyiksaan tidak berhasil membuka mata TP3 yang isinya memang bukan para penyelidik apalagi investigator senior untuk menyatakan bahwa pembunuhan yang disertai penyiksaan tidak terjadi di KM 50, mengingat jumlah puluhan peluru yang ditemukan ditubuh 6 Laskar FPI tidak mungkin ditembakkan didekat Rest Area KM 50.
Mudah sekali bagi alat negara menempatkan agen action ‘cepu’ atau dikenal sebutan Intel dalam lingkaran jamaah Islamiyyah, JAT, JAD, JAD atau nantinya mereka akan sebut Eksponen FPI.
Mestinya Bom Makasar itu disebut sebagai Bom Online karna pengungkapan asal bahan bom rakitan ini dipesan secara online Hal ini bisa ditelusuri dari pemesanan via online yang nantinya akan dikaitkan keterlibatan para Eksponen FPI yang membeli bahan pembuat BOM.
Arah Penyelidikan Densus 88 sepertinya tak beda jauh dengan analisis diatas
WASPADA TUDUHAN DALANG TERORIS KEPADA IB HRS
(Pecinta Habibana)