by M Rizal Fadillah
Semangat perubahan di kalangan rakyat sudah mulai merata. Keberanian untuk menyatakan bahwa pemerintahan ini lemah, otoriter, bahkan bobrok sudah tumbuh. Gumpalan perlawanan politik mulai terbentuk. Seruan agar Jokowi mundur akan terus bergaung.
Pemerintahan Jokowi bakal sulit bertahan karena jika rakyat sudah berteriak tak akan ada kekuatan yang mampu meredam. Semua pendukung termasuk elit kekuasaan akan berlompatan menyelamatkan diri. Mencari sekoci sendiri-sendiri.
Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) akan menjadi “trigger” perubahan. Kumpulan tokoh yang bersatu menyerukan kebenaran dan keadilan akan menumbuhkan kepercayaan rakyat untuk membebaskan diri dari belenggu ketidakberdayaan dan keterpinggiran. Ada harapan baru yang dapat digantungkan. Kebersamaan dan konsolidasi kekuatan yang efektif dan efisien mulai terbentuk.
Momentum perubahan segera datang. Dari aspek spiritualitas itu dinamakan “ajal telah tiba” sebagaimana Qur’an mengingatkan “idzaa jaa-a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa’atan wa laa yastaqdimuun”–Jika momen telah tiba, maka tak ada yang mampu mempercepat atau mengundurkan (QS Al Al’raf 34). Inilah yang dalam bahasa Konstitusi “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa” yang kemudian menyebabkan “rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Seorang Jokowi sebagaimana penguasa-penguasa lainnya akan gentar jika teriakan terus menggema. Konsekuensi pilihan hanya dua yaitu mempertahankan singgasana dengan segala cara melalui pengerahan kekuatan represif atau menyerah mengalah demi keselamatan bersama. Pilihan kedua lebih arif. Langkahnya adalah mengundurkan diri walau dengan terpaksa.
Pukulan telah berulang ulang baik “jab jab” maupun “hook”. Kebijakannya elitis tidak populis. Ketika populis pun ternyata bermotif pencitraan. Tinggal menunggu langkah “blunder” yang emosional agar rakyat melepaskan pukulan “upper cut” yang menggoyahkan. TKO atau KO.
Jokowi pun rontok dan rakyat bernafas lega. Selanjutnya merencanakan pemulihan untuk masa depan yang lebih baik.
17 Agustus adalah hari kemerdekaan kita. 18 Agustus adalah hari kelahiran ideologi dan konstitusi kita.
Mari bersama-sama menyelamatkan Indonesia. Jangan biarkan rakyat dijajah oleh pemimpin dari bangsanya sendiri.
Allahu Akbar-Allahu Akbar.
Merdeka !
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 15 Agustus 2020