Wednesday, November 27, 2024
HomeInformasi & KabarStop Siarkan Pemberitaan Tendensius Terhadap Umat Islam

Stop Siarkan Pemberitaan Tendensius Terhadap Umat Islam

“Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian. [QS. al-Hujurât:49:6].

• Mengapa Metro TV Dibenci Umat Islam?
• Wartawan Indonesia Harus Perjuangkan Keadilan dan Kebenaran

Akibat sering mengabarkan berita bermuatan tendensius dan negatif terhadap umat Islam, Metro TV diusir oleh massa Aksi Bela Islam III di depan Patung Kuda Jl. Merdeka Barat dan di sekitar Pintu Air Masjid Istiqlal, Jakarta, Jum’at (2/12/2016). Bukan hanya Metro TV yang diusir, kru Kompas TV pun mendapat perlakukan yang sama.

Kedua media nasional tersebut dianggap oleh umat Islam melakukan reportase yang menyudutkan dan merugikan umat Islam. Baik saat meliput Aksi Bela Islam Jilid I, II (411) dan III, bahkan dalam setiap peristiwa nasional lainnya.

Diawali salah seorang reporter Metro TV saat melaporkan berita dengan menyebutkan, bahwa peserta Aksi Damai Bela Islam III hanya dihadiri 50 ribu orang.

Laporan reporter tersebut terdengar oleh massa yang ada disekitarnya, hingga menimbulkan kemarahan dari peserta Aksi Bela Islam. “Metro tipu, penipuuu,” teriak massa.

Peserta aksi menyuarakan kemarahannya atas kebohongan yang dilaporlam oleh reporter Metro TV. Umat Islam tidak terima, karena seringkali Metro TV menyiarkan kebohongan dalam pemberitaannya. Itulah alasan, kenapa umat Islam membenci dan mengusir Metro TV yang diplesetkan menjadi “Metro Tipu”.
Massa pun mengingatkan Metro TV untuk tidak main-main dalam pemberitaan mengenai aksi ini. “Kami ingatkan kepada mereka agar tidak main-main dalam memberitakan aksi ini. Jangan kalian beritakan yang tidak baik. Catat itu ya!” tegasnya.

Masih segar dalam ingatan, ketika Metro TV memberitakan Aksi Bela Islam Jilid I di depan Balaikota. Saat itu, Metro TV menjadikan headline-nya dengan pemberitaan yang amat sangat tendensius, sebuah taman dan rumput yang dituding dirusak massa Aksi Bela Islam. Metro TV telah beri’tikad buruk dalam bentuk penggiringan opini, dengan framing atau mensetting Aksi Bela Islam sebagai aksi yang negatif dan tidak terpuji.

Ketika foto reporter Metro TV menyorot gambar taman yang rusak, dan menjadi viral di media sosial, Aksi Bela Islam selanjutnya makin berhati-hati dengan pemberitaan tendensius media yang sahamnya dikuasai konglomerat James Riyadi ini. Massa Aksi Bela Islam II-III pun saling mengingatkan saudara muslim, sesama peserta aksi, ketika melintasi rumput maupun taman, “Awas… jangan injak rumput taman, nanti diliput MetroTV”.

Bukan yang pertama, media maintream acapkali melaporkan pemberitaan yang tidak seimbang. Lebih suka menyajikan hal-hal yang buruk, alergi meliput hal-hal baik yang dilakukan Umat Islam. Melihat pemberitaan sepihak itu, wajar saja jika umat Islam mengecam keras Metro TV dengan sebutan “Metro Tipu”, yang sering keliru dan tidak objektif menyebut jumlah massa yang tidak sesuai faktanya.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments

Noersatrio Harsanto on INDONESIA AKAN DIKEPUNG RELAWAN ANIES
sukirno on BUNUH DIRI PPP