[Bom (setiap) Akhir Tahun]
Gaes…. Coba liat arsip berita-berita ini:
1. Tahun 2012
http://www.voaindonesia.com/a/tim-gegana-berhasil-jinakkan-bom-di-pos-pengamanan-natal-dan-tahun-baru-poso/1572113.html
2. Tahun 2013
http://www.rmol.co/read/2013/12/16/136718/Cegah-Teror-Natal-dan-Tahun-Baru,-Densus-88-Tangkap-Tiga-Teroris-
3. Tahun 2014
https://joglosemar.co/2014/12/sebuah-cafe-di-solo-jadi-sasaran-bom-teroris-saat-malam-tahun-baru.html
4. Tahun 2015
https://m.tempo.co/read/news/2015/12/20/063729278/zaenal-diduga-sebagai-pengantin-bom-malam-tahun-baru-di-jakarta
5. Tahun 2016
https://news.detik.com/berita/d-3380370/4-teroris-yang-digerebek-di-jatiluhur-berencana-beraksi-saat-tahun-baru
**********
Tidakkah ini konyol? 5 tahun berturut-turut, setiap menjelang pergantian tahun, kita senantiasa dijejali berita-berita tentang ANCAMAN serangan bom.
(Catat: “ANCAMAN”. Bukan kejadian bom meledak).
Kenapa saya bilang konyol ?
Begini kawan… bagi yang (dulu) rajin nonton program berita kriminal ‘SERGAP’ di RCTI, pasti kenal sosok Bang Napi dengan celoteh khasnya: “ingat…kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada KESEMPATAN. Waspadalah… Waspadalah.”
Begitulah Teori Kejahatan diperkenalkan oleh para kriminolog. Bahwa NIAT dan KESEMPATAN adalah faktor yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan tindak kejahatan.
NIAT ada, KESEMPATAN tidak ada; maka sulit bagi seseorang utk melakukan tindak kejahatan. Begitu juga sebaliknya, KESEMPATAN ada, tapi NIAT tidak ada; maka tidak akan terjadi tindak kejahatan.
Sekarang mari kita analisa teori tsb dengan logika yang sangat sederhana. Jika memang para ‘teloris’ itu benar-benar ber-NIAT melakukan serangan bom, kenapa harus memilih waktu disaat KESEMPATAN yang tersedia sangat terbatas/sempit?
Ada 12 bulan atau 365 hari dalam 1 tahun, kenapa terus-terusan memilih waktu di akhir tahun, yg merupakan saat-saat dimana aparat keamanan sedang sigap meningkatkan kewaspadaannya? Ini kan konyol.
Maling jemuran yang biasa beraksi di malam hari saja tentu akan berfikir ulang utk mencuri daster emak-emak, apabila ia mengetahui bahwa warga setempat sedang giat-giatnya melakukan ronda/siskamling. Ia akan tunggu kesempatan disaat warga lengah untuk menjalankan aksinya.
Masa iya pelaku kejahatan yang masuk dalam katagori Extra Ordinary Crime, spt terorisme ini, tidak mempertimbangkan hal-hal diatas? Kenapa spt memaksakan diri harus selalu di akhir tahun? Kayak mau menghabiskan sisa anggaran saja. :p
Ini ‘teloris’-nya yg terlalu lugu atau sutradaranya yang kehabisan bahan skenario? Egepeh lah… yang penting kita tetap fokus pada target: TANGKAP dan PENJARAKAN AHOK !!!