Kita…? Yaa betul. Saya, anda, kalian semua, tanpa pandang bulu. Kita semuanya saat ini telah ditakdirkan Dzat Maha Pencipta Alam Semesta dan telah wujud sbg makhluq bernama manusia.
Manusia? Ya…kalian semua tau itu. Kita adalah makhluq yg lebih hueebaat dari segala jin, setan, demit, gendoruwo, pocong, kuntilanak, jelangkung. Bahkan kita lebih hebat dari malaikatNYA yg suci, yg selalu ruku’, sujud, dan bertasbih tanpa henti mengagungkan Dzat dan AsmaNYA.
Dzat Maha Perkasa yang telah menetapkan tugas kita di atas bumi ini, telah memberi nilai excellence alias dua jempol pada kita. Sehingga kalangan malaikatpun cemburu. Dan Iblispun juga protes hingga membelot dari titahNYA.
Yaa.. kehebatan makhluq baruNYA itu bukan tanpa alasan. Sebab ada special treatment untuk proses produk istimewaNYA yg satu ini. DIA telah menginstall RuhNYA ke dalam diri kita. (QS 15:28-29)
Yaa…, ada God Device (perangkat Tuhan) yg amat spesial dan sangat tak ternilai kehebatannya. Dan itu melekat pada diri setiap kita sampai saat ini.
Hebat kita, bukan?
Kehebatan kita, setelah melalui proses “uji publik” langsung Dzat Maha Creator, Allah ‘Azza wa Jalla, kita pun ditetapkan layak dan telah memenuhi syarat diproyeksikan untuk menjadi mandatarisNYA di muka bumi.
Hebat dan amat2 prestis banget jabatan itu. Sebagai mandataris, wakil, orang kepercayaan yg dimanahkan untuk menjaga dan memakmurkan (ri’ayah wa ‘imaroh) asetNYA yg tak ternilai, yakni alam semesta.
Kita menjalankan amanahNYA bukan hampa alias tangan kosong, tanpa buku pedoman. Buku PedomanNYA DIA turunkan secara berseri melalui para utusanNYA (rasul-rasulNYA), pada setiap umat dan setiap zaman (QS 16:36). Dan Buku PedomanNYA yg paling penghabisan (pamungkasnya) adalah Al Qur’an.
Yaa, kualifikasi kita sbg WakilNYA di atas muka bumi amat layak. Kita memang makhluq hebat, dibekali Kitab Pedoman yg hebat dan memiliki nilai kebenaran absolut sepanjamg masa. Kita juga memiliki patron2 MandatarisNYA yg hebat dan sangat teruji secara historis dan kekinian. Keteladan mereka sbg pemeran MandatarisNYA menjadi fatsun hidup yg lurus dan terang benderang yg tak bisa diragukan oleh siapapun. Demikian hingga Rasul PamungkasNYA yang DIA tetapkan secara legitimate menjadi pedoman buat kita melaksanakan titahNYA yg agung hingga akhir zaman.
Tugas menjaga dan memakmurkan bumiNYA mencakup pengertian yang amat lengkap dan paripurna. Dan semua pelaksanaannya harus berdasar pada Kitab PedomaNYA. Dan satu hal paling mendasar: bahwa seluruh amanah pengelolaan bumi itu adalah wujud PENGHAMBAAN YG TUNGGAL hanya untuk ALLAH dan kita dedikasi dan persembahkan untukNYA semata.
MandatarisNYA akan tetap dijamin olehNYA sbg makhluq terhebat, makhluq terunggul, makhluq termulia. Sepanjang ia tidak melencengkan fungsi, (abuse of power) tujuan mandat yg dimanahkan kpdnya dari koridor penghambaanya semata2 karena ALLAH (lillaah), berpedoman pada KitabNYA (ma’aallaah) dan ia persembahkan seluruhnya untuk ALLAH (ilallaah) (QS 6:162-163).
Mandataris Allah yg setia, terbentang dalam catatan perjalanan sejarah Islam. Seorang Umar bin Khottob, tak henti menangisi dirinya, merenungkan dahsyatnya yaumil hisab dan padang mahsyar. Ia selalu menangisi catatan sejarah masa lalunya yg kelam. Namun setelah beriman kpd Allah, ia berjibaku untuk membayar seluruh tindakan kelirunya di masa jahiliyah, dg bersungguh2 menjadi mandatarisNYA yg patuh. Hampir setiap malam, ia berpatroli sendirian untuk memeriksa, apakah ada rakyatnya yg kelaparan malam itu.
“Apabila ada seekor keledai yg mati di sungai Eufrat, itu adalah tanggung jawab khalifah,” itu salah satu ungkapan Umar RA yg terkenal.
Umar bin Abdul Aziz memilih tinggal di rumahnya sendiri. Khalifah pertama Bani Umayah itu menolak seluruh fasilitas negara. Saat pertama dilantik sbg Khalifah ia menangis, memikirkan beratnya memimpin rakyatnya. Saat anaknya ingin berbicara dgnya malam hari di ruang kerjanya, ia segera memadamkan lampu minyak di hadapannya. Anaknya jelas kaget, dan bertanya alasan ayahnya mematikan lampu minyak itu.
“Ayah ingin pastikan dulu, kamu ingin bicara masalah keluarga atau masalah negara..? Kalau masalah keluarga kita tak berhak menggunakan fasilitas negara ini. Kita gunakan saja lampu milik kita,” demikian kira2 dialog Khalifah Bani Umayah itu dg anaknya.
Sejarahpun mencatat, saat diaudit petugas Auditor negara, besar nilai hartanya di masa awal jabatannya, juga sama besarnya, saat ia mengakhiri masa jabatannya.Tak ada temuan kasus “rekening gendut” dalam catatan kekayaan keluarga Khalifah.
Tapi kita lihat hari ini, betapa bejibunnya makhluq mulia bernama manusia itu melupakan kemuliaannya, lupa pada kehebatannya, lupa kpd siapa mereka seharusnya patuh dan mengabdi. Kepada siapa sejatinya dia harus memuaskan dan membanggakan hasil kinerja penghambaannya.
Yaa.., manusia demikian itu telah terkena virus amnesia yg amat akut. Lupa pada keistimewaan dan tugas serta misi penghambaannya yg mulia. Mereka bukan berjibaku dan mati2an untuk memberikankan kinerja terbaik agar Penciptanya (Al Kholiq) puas dan senang. Malah sebaliknya mereka berjibaku dan mati2an berlomba memuaskan para makhluq bejad yg telah memberi tulang kenikmatan dunia pada mereka. Dan orang2 Amnesia ini akan terus menggonggong dan beringas kpd orang2 baik yg tidak bersalah sekalipun, jika itu adalah perintah dari tuannya, yg terus menerus menyajikan tulang2 busuk dunia itu.
Sehingga hari ini tayangan kasus2 tindakan manusia bejad datang silih berganti dg berbagai judul. Ada korupsi dana haji, ada korupsi dana olah raga, ada korupsi e-ktp, ada korupsi uang bantuan peruntukan orang2 miskin, ada korupsi uang rumah sakit, ada ratusan kasus2 rekening gendut pejabat, dsb. Mereka berlomba, berjibaku, dan bahkan berbangga2 mempertontonkan kebejadannya.
Ya sahabat, dari sinilah awal kehinaan dan kehancuran marwah manusia bermula. Sejalan mereka lupa pada Penciptanya, seketika itu pula, ambyarlah seluruh sifat2 keistimewaan dan kemuliaannya. Kualifikasinya bukan lagi sbg manusia, tetapi sbg makgluq yg jauh lebih rendah darpada binatang (QS 7:179).
Sebab saat itu, ia hakikatnya bukan lagi menghambakan dirinya pada Al Kholiq, tapi telah menjadi budak nafsunya yg tak pernah puas. Jika seorang kepala negara ingin kuasai satu ladang minyak di negara lain misalnya. Dia akan kerang2 cerita dusta untuk menyalakan api perang di sana. Walau ia sadar, bahwa perang (atas dasar bohong) itu akan membunuh ratusan ribu bahkan jutaan warga sipil tak berdosa.
Bohong jadi modus paling andal untuk mengelabui publik. Para penyembah nafsu itu bahkan berani memamerkan kekejaman dan kerakusannya pada dunia untuk menguasai sebuah negara. Bahkan anehnya, kini kekejaman, kerakusan, kebrutalan beberapa bangsa thd negeri2 Islam, yg telah membunuh jutaan umat Islam itu, dg membuat alibi dusta: “war against terorism”. Padahal sesunggunya misi mereka adalah untuk menguasai ladang2 minyak besar yg terkandung dalam perut bumi negeri2 Islam. Tapi pameran kekejaman mereka hingga hari ini cuma jadi tontonan dan dianggap publik dunia, sbg hal yg lumrah.
Pameran kekerdilan, kedunguan dan kebohongan manusia demi memuaskan nafsu bejad mereka, akan terus menjadi tayangan kehidupan sehari-hari.
Ada seorang pemimpin yang bilang, negerinya kini kian makmur. Padahal yang makmur cuma segelintir orang2 kaya yg telah memberikan dia sekarung “tulang”. Sementara jutaan rakyat miskin lainnya sdg berjibaku bertahan hidup. Orang2 kaya pemberi tulang itu betul2 dimanjakan oleh kebijakan yg dia buat. Lalu berdasarkan kebijakan2 istimewa itulah, orang2 bejad itu bebas merampas hak2 jutaan warga miskin lainnya secara legal.
Demi menuntaskan dendam kesumatnya misalnya, bahkan orang2 bejad itu jor2an memberi “tulang” pada aparat keamanan negara, agar mau menjalankan misi jahatnya. Apa itu? Yakni memerintahkan aparat keamanan untuk membunuh tokoh yang selama ini dianggap sbg penghalang nafsu bejadnya menguasai aset2 negara.
Sampai di sini paham kan?
Kenapa ada aparat yg bertindak bengis, brutal dan biadab, serta tega membunuh anak2 bangsanya sendiri yg tak bersaĺah. Padahal para korban yg dibantai itu, sesungguhnya bukanlah kategori gengster narkoba berbahaya, bukan teroris, bukan kaum separatis kejam bersenjata…?
Mereka sesungguhnya adalah aset bangsa yg hebat, patuh pada agamanya, punya integritas moral, pengawal setia pemberani. Seharusnya anak2 itu dilindungi dan disupport bakat dan cita2 luhurnya. Sebab mungkin saja, jika mereka tidak dihabisi secara brutal, Allah swt takdirkan di kemudian hari, para syuhada itu menjadi pengawal2 NKRI yg hebat gagah berani.
Tapi lagi2, demi memuaskan para pemberi tulang, makhluq bernama manusia itu, tetiba berubah seperti serigala buas. Dan akhirnya tindakan di luar nalar manusia berakal itu, dilakukan para penyembah syahwat itu. Membenamkan mimpi indah anak2 bangsanya sendiri yg hebat dan mulia.
Wahai sobat, tangisilah dirimu..!
Marahilah dirimu semarah2nya…!
Jika saja dirimu termasuk manusia Amnesia, manusia Pelupa akut. Yg lebih memilih keridhoan makhluq ketimbang keridhoan Al Kholiq.
Sebab dari sinilah awal mula manusia sengaja menghancurkan marwah dan kemuliaannya. Awal dia memilih jalan kehinaan. Dan kelak ia akan berubah menjadi makhluq lebih buas dari serigala lapar. Menjadi sebejad2 makhluq di atas muka bumi.
Nastaghfirullohal ‘adziim…!😭🤲😭