sapaislam.com, YOGYAKARTA – Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah marah dan heran dengan sikap aparat kepolisian yang melarang live streaming kegiatan Tabligh Akbar “Kampoeng Ramadhan” Masjid Jogokariyan. Larangan itu dinilai Fahri tidak masuk akal karena justru perilaku LGBT dibebaskan dan diumbar luas.
“Inilah negeri Indonesia tercinta, dimana kebaikan dilarang disebarluaskan, tapi kerusakan seperti perilaku LGBT, dibebaskan untuk tersebar luas,” kata Fahri sambil tepuk jidat ketika menjadi pembicara dalam acara Tablig Akbar Kampoeng Ramadhan dengan tema “Umat Islam Benteng NKRI” di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Ahad (28/5/2017).
Pernyataan Fahri ini menanggapi imbauan dari panitia Tablig Akbar yang di warning aparat kepolisian agar tidak membuat live streaming acara keagamaan yang juga dihadiri Ketua GNPF MUI, KH. Bachtiar Nashir, Jubir HTI Ustadz Ismail Yusanto dan Ketua Majelis Mujahidin Ustadz Irfan S Anwar tersebut.
“Saya kemana-mana melakukan streaming. Saya minta diskresi setelah mendengar pendahuluan dari pak Kyai,” kata Fahri sambil menengok Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan yang duduk di panggung bersama dia.
Fahri yang juga Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kokesra) ini mengingatkan semua pihak, kalau dirinya adalah seorang pejabat negara yang ada nomornya, bukan warga negara ilegal. Dia tidak ingin apa yang akan dibicarakan dilarang-larang.
“Nomor mobil saya itu, termasuk kayak pejabat di Jogja, RI 56. Jadi saya ini, penguasa di Republik Indonesia nomor 56. Karena itu, tolong omongan saya ini tidak boleh dibriedel,” tegasnya.
Bahkan Fahri mempersilahkan pihak-pihak, termasuk jamaah
“Jadi, yang mau streaming omongan saya silahkan,” ujar Fahri.
Atas larangan tersebut, Fahri berjanji akan menyampaikan ini kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla melalui pesan singkat atau SMS. Dia juga minta para kyai maupun ulama, jika diundang untuk kultum di Istana, dimulai dengan ayat Kursi.
“Kenapa? Biar jin-jin yang ada di situ pada kabur. Saya juga akan mengusulkan, agar semua pejabat-pejabat yang muslim di negeri ini, harus dirukyah massal. Karena saya lihat mereka seperti orang yang bericara dan bertindak sudah kehilangan akal dan kesadaran,” ucapnya.
Fahri yang juga deklarator Kesatuan Aksi Mahasiswa Musim Indonesia (KAMMI) itu mengaku heran dengan ketakutan yang dipertontonkan para menteri maupun aparat intel-intel dan penegak hukum, sehingga melarang live streaming acara keagamaan umat Islam.
“Dari mana kalian mendapat ilmu yang tidak-tidak, dapat informasi yang tidak benar tentang umat Islam. Dari mana itu? Asal tau saja bahwa warna Indonesia ini adalah Islam, yang tidak bisa dan tidak bisa dipisahkan,” tegas Fahri.
Dengan nada menyindir, Fahri mengatakan pejabat Indonesia ini saban hari maki-maki Wahabi, tapi justru dapat bantuan kecil dari Saudi lalu mengeluh. Sebaliknya, Presiden Amerika Donald Trump yang tak pernah maki-maki Wahabi datang bertemu Raja Salman, malah terima investasi 380 Miliar US Dollar, yang jika dirupiahkan 5.130 triliun rupiah.
“Hampir tiga kali lipat dari APBN Indonesia, Donald Trump dapet. Nggak pernah maki-maki Wahabi soalnya. Ini kita maki-maki Wahabi cuma dapat 80 triliun rupiah dapatnya. Ngomel-ngomel lagi. Salah sendiri, tidak sepenuh hati menggarap potensi perbedaan ini, malah kemasukan virus yang tidak-tidak (memojokan Umat Islam),” katanya.
Acara Tablig Akbar di Kampoeng Ramadhan Jogokariyan yang dipenuhi jamaah yang membludak tersebut dikawal lengkap oleh jajaran Polri dan TNI. Sebelum acara dimulai seluruh peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya, termasuk Jubir HTI Ustadz Ismail Yusanto.