sapaislam.com, PAK KAPOLRI, CUKUP SUDAH SEMUA PERTUNJUKAN INI!
===========================
Selamat pagi pak Kapolri, anda baik-baik saja bukan?
Syukurlah kalau begitu.
Negeri ini yang sedang “tidak baik”, terutama institusi yang kini di bawah pimpinan anda.
Dalam 2 hari ini, tanggal 9 dan 10 Mei 2017, seluruh rakyat Indonesia disuguhi tontonan pelanggaran aturan secara terang-terangan oleh aparat kepolisian. Ya, kepolisian sebagai institusi penegak hukum, yang selama ini selalu mengedepankan aturan dan protap dalam menjaga ketenteraman, ketertiban dan keamanan masyarakat, selama 2 hari kemarin sudah mengajari masyarakat MENGABAIKAN SEMUA ATURAN!
Betapa tidak, Polri selama ini selalu bersikap tegas dalam menghadapi elemen masyarakat yang melakukan unjuk rasa. Ada 2 hal yang selalu jadi pegangan Polri : (1) adanya ijin unras dan (2) batas waktu unras di ruang publik hanya sampai jam 18.00 WIB.
Tapi khusus dalam 2 hari kemarin (dan mungkin hari-hari selanjutnya?) Polri justru bersikap sangat LEMBEK!! Bahkan terkesan SENGAJA MELAKUKAN PEMBIARAN ketika unjuk rasa itu dilakukan oleh sekelompok pendukung Ahog!
Apakah para pendukung Ahog yang mengepung LP Cipinang pada 9 Mei 2017 sudah mengajukan ijin?! Saya yakin tidak! Sebab mereka mendadak datang kesana setelah tahu Ahog akan ditahan disana. Tapi kenapa mereka diijinkan terus melakukan aksinya?! Bukankah polisi selama ini getol membubarkan aksi unras jika tak mengantongi ijin terlebih dahulu?!
Begitu pula soal batas waktu, Polri selalu akan bersikap represif jika selepas jam 18.00 WIB unras belum berakhir. Entah pelakunya dari kelompok buruh, mahasiswa, ulama, atau siapa saja, polisi akan BUBARKAN PAKSA. Tak bisa dengan cara persuasif, polisi akan lakukan cara keras : semprot air dengan water canon, tembakkan gas air mata, yang penting massa bubar kocar kacir. Kalau perlu keluarkan tembakan peringatan, lalu tokohnya, yang dianggap pemimpin aksi, segera ditangkap!
Tapi kenapa Selasa malam kemarin POLISI DIAM SAJA ketika para pendukung Ahog bertahan di depan LP Cipinang hingga lewat tengah malam?!
Mereka bahkan sudah bertindak anarkhis, merusak pagar lapas, aksi lempar batu, membakar-bakar sesuatu. Jelas mereka melakukan aksi yang memancing kerusuhan di lapas. Tapi kenapa mereka dibiarkan?!
Apakah agar ada alasan untuk memindahkan Ahog ke rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok?!
Dengan dalih petugas lapas terbatas, situasinya tidak kondusif, dll.
Jelas, kita semua tahu, seluruh lapas di Indonesia petugasnya terbatas, karena itu selayaknya dan seharusnya Polri sebagai penanggungjawab ketertiban dan keamanan umun ikut menjaga agar situasi dan kondisi di sekitar lapas tetap aman dan terkendali.
Polisi memiliki LEBIH DARI CUKUP SUMBER DAYA UNTUK MENGENDALIKAN KEAMANAN. Jumlah petugas yang disiagakan menjaga dan mengawal sidang pembacaan vonis pada pagi dan siang harinya, seharusnya bisa dimobilisir ke lapas, mengikuti pergerakan massa kesana.
Tapi kenyataannya massa yang bertindak anarkhis dan tak mau bubar meski sudah larut malam itu SENGAJA DIBIARKAN!!!
Kenapa, Pak Kapolri?! Kenapa harus ADA PERBEDAAN PERLAKUAN antara elemen masyarakat lainnya (buruh, mahasiswa, ulama, ormas kepemudaan, ormas keagamaan, dll) dengan para pendukung Ahog?!
Kenapa?!
Dapatkah kami rakyat Indonesia, sesama pembayar pajak (yang dipakai untuk membayar gaji kalian) mendapatkan penjelasan yang masuk akal atas DISKRIMINASI ini?!
* * *
Tak cukup sehari, kemarin, 10 Mei, Aksi berlanjut ke Pengadilan Tinggi DKI. Massa mengepung gedung PT DKI, hingga para pegawainya tersandera tak bisa pulang hingga malam.
Padahal, para pengacara Ahog bahkan belum kelar membuat surat permohonan penangguhan penahanan. Mereka, para ahokers kalap itu dibiarkan beraksi disitu dan melakukan penekanan, sampai Ahog diberi penangguhan penahanan.
Sampai kapan mereka akan dibiarkan berbuat sesuka hati?! Padahal keputusannya masih akan menunggu sidang banding.
Apakah selama itu pula Polri akan mentolerir tindakan melawan hukum semau gue para ahokers?!
Pun juga di Mako Brimob Depok, yang selama ini sangat ketat urusan pengamanan, tapi kemarin para ahokers bebas berdemo malam hari disana. Saya kehabisan kata-kata menggambarkan PEMBIARAN yang sangat telanjang atas tindakan BRUTAL, ANARKHIS, MELANGGAR ATURAN.
Kemana SOP Polri?! Kemana protap yang selama ini seolah jadi kitab suci yang tak boleh dilanggar?!
Pak Kapolri, KEBERPIHAKAN INSTITUSI POLRI SUDAH SANGAT TERANG-TERANGAN.
Belum pernah terjadi sebelumnya, ada elemen masyarakat yang mendapat PRIVELEGE sedemikian hebatnya.
Apakah Polri punya alasan yang masuk akal?!
Polri seakan berperan dalam skenario upaya pembebasan Ahog. Kalau ada prasangka seperti ini, jangan salahkan masyarakat.
Pendemo di LP Cipinang sengaja dibiarkan, lalu ujung-ujungnya Ahog dipindah ke Mako Brimob dengan alasan keamanan lapas. Bukankah SENGAJA LAPAS DIBUAT TIDAK AMAN akibat tindakan provokatif para pendemo?! Padahal mudah saja bagi Polri untuk mengambil tindakan pengamanan, tinggal bubarkan pendemo, beres! Lapas akan aman kembali.
Kini Pengadilan Tinggi DKI yang sengaja dibiarkan diduduki, pegawainya disandera, bukankah ini bentuk “terorisme”? Pegawai PT DKI tentu merasa terteror dengan aksi massa seperti itu.
Tapi mereka dibiarkan. Dimana peran Polri sebagai penjaga ketertiban dan keamanan?!
* * *
Please Pak Kapolri, anda dan seluruh jajaran di bawah anda tidak dibayar hanya untuk mengawal 1 orang saja atau sekelompok tertentu saja. Jika anda bisa bersikap tegas pada elemen masyarakat lainnya, kenapa tidak bisa tegas juga pada ahokers?!
Kami ingin mendengar Kapolda Metro Jaya, Kapolri, tampil di televisi dan menegaskan akan menindak setiap pelaku demo anarkhis. Akan membubarkan paksa demo tak berijin dan melampaui batas waktu. Kemana kalian 2 hari ini?!
Jika sebaliknya yang terjadi, kelompok yang ingin Ahog segera ditahan sesuai putusan majelis hakim berunjuk rasa, akankah Polri bisa memberi privelege juga?!
Jujur kami tak percaya rutan Mako Brimob akan memperlakukan Ahog selayaknya tahanan.
Gayus Tambunan saja bisa pelesir sampai ke Singapura ketika dititipkan di rutan Mako Brimob, apalagi Ahog.
Katakanlah LP Cipinang dianggap over capacity, kenapa tak dititipkan di rutan Guntur milik TNI?! Bukankah disitu keamanan juga terjaga?!
Ah sudahlah!
Kalau sudah setelanjang ini keberpihakan itu, kami tak butuh lagi alasan.
Anda katakan butuh dukungan mayoritas senyap (silent majority).
Apa yang berdemo anarkhis itukah kelompok mayoritas senyap?! Yang berteriak-teriak histeris, bernyanyi-nyanyi, melempar batu, bakar-bakaran, itukah yang disebut mayoritas senyap?!
Yang berbuat kegaduhan itukah yang anda sebut senyap?!
Jumlahnya tak seberapa dibanding demo mahasiswa, demo buruh, demo ormas, demo jutaan ummat Islam. Apa alasannya mereka disebut mayoritas, meski jelas sesungguhnya mereka justru minoritas?!
Pak Tito, kami tahu anda orang pintar, cerdas, pendidikan anda tinggi. So, please jangan mendadak jadi tidak logis hanya karena keberpihakan anda kepada Ahog sampai institusi anda pun mau tak mau melakukan pembiaran atas segala tindakan Ahokers.