Oleh : M Amin Husen.
(Sekjen IMSI)
Dalam menyikapi secara tegas dan lugas RUU HIP yang kontroversi itu, dalam maklumatnya yang diserukan kepada Ummat Islam, MUI menggaungkan lantang kalimat yang sudah sangat familiar di kalangan Ummat Islam yang berbunyi Hidup Mulia atau Mati Syahid.. Isy Kariman Awmuts Syahidan
Untuk menggugah dan mengobarkan Ruhul jihad Ummat Islam dalam menyikapi bahaya laten komunis, agaknya sikap MUI sangat serius dan vulgar karna tidak ingin mengulangi kesalahan atau kekeliruan masa lampau atas terjadinya tragedi berdarah yang merenggut banyak jiwa tokoh agama atau ulama, petinggi TNI dan aktifis dawah akibat kekejian PKI dalam serangkaian peristiwa berdarah dan biadab yang didalanginya
Karna itu MUI sangat sadar betapa dahsyatnya bahaya dan risiko yang bakal menimpa kaum Muslimin khususnya jika Ummat tidak responsif dan tidak sigap. Sejarah kelabu ummat Islam akibat kekejian PKI merupakan memori hitam kelam yg tidak boleh terjadi atau terulang lagi di bumi Nusantara. Peristiwa keji dan biadab itu sungguh mengiris-ngiris hati kaum muslimin terutama kaum kerabat dari korban tragedi berdarah PKI itu
Kita paham dan sadar bahwa kader-kader dan anak keturunan PKI sangat mendendam dan membenci Ummat Islam. Bagi mereka, Ummat Islam adalah musuh besar PKI dan merupakan faktor penghalang utama yang mengganjal atau menghambat laju pertumbuhan dan pergerakan komunisme di Indonesia. Karena itu Tokoh Agama dan Ulama merupakan unsur prioritas yang masuk daftar Target Operasi kader-kader komunis di Indonesia
Selama Tokoh dan Pemuka Agama Islam masih eksis di panggung politik. Selama aktifis dawah terus berteriak lantang mengingatkan Ummat terhadap bahaya laten komunis, selama itu pula tokoh dan kader komunis tidak bisa tidur nyenyak, galau, kalut dan serba salah
Akan tetapi, mereka itu tergolong kader-kader militan dan tangguh, ahli dalam bersiasat dengan penuh tipu muslihat. Senjata pamungkas mereka adalah intrik, agitasi, propaganda sesat, provokasi, hoax dan memutar balikkan fakta, serta melancarkan fitnah keji dan pembunuhan karakter seseorang. Pola pergerakan mereka sangat taktis, membelah diri, menyebar dan menyusup alias infiltrasi. Mereka tak kenal istilah kalah dan menyerah sebelum missi mereka landing dengan happy ending
Perhatikan siklus pergerakan mereka dari tahun 1926, 1948 dan 1965, kandas dan gagal, tapi hal itu tidak membuatnya kendor dan surut dari niat dan tekad untuk kembali eksis dan bangkit berjuang hingga kemenangan tergenggam erat dalam tangan mereka. Itulah spirit militansi dari kader-kader new komunis alias komunis gaya baru yang pantang menyerah
Lantas bagaana pula integritas dan militansi daya juang kader-kader mujahid da’wah kaum muslimin dalam mperjuangkan tegak dan bersinarnya Missi Islam di bumi Nusantara Indonesia ??!!
Seberapa jauh dahsyat dan ampuhnya seruan jihad MUI tentang Hidup Mulia atau Mati Syahid dalam membangkitkan dan mengobarkan Ruhul Jihad Kaum Muslimin di satu sisi, serta seberapa jauh pula dahsyat dan ampuhnya seruan jihad MUI tsb dalam menekan dan meredam pergerakan komunisme di tanah air??!!.
Apakah MUI perlu menerbitkan Fatwa untuk mempertegas seruan jihad itu dari perspektif legalitas syar’i.
Wallahu alam bishshowab
Tangerang, 28 Juni 2020.
M Amin Husen: